Monday 28 March 2016

Metode Pemancangan Menggunakan Diesel hammer



METODE KERJA
PEMANCANGAN MENGGUNAKAN DIESEL HAMMER DAN HYDRAULIC HAMMER

1.       SUMBER DAYA
1.1    Peralatan
1.1.1           Theodolit
1.1.2           Stopwatch
1.1.3           Alat pancang diesel hammer dan hydraulic hammer
1.1.4           Alat las
1.1.5           Meteran
1.1.6           Waterpass
1.1.7           Peralatan K3
1.2    Material
1.2.1           Tiang pancang
1.2.2           Pelat sambung baja
1.2.3           Kawat las
1.3    Tenaga Kerja
1.3.1           1 orang Pelaksana                                              
1.3.2           6 pekerja
1.3.3           2orang operator alat pancang
1.3.4           1 orang surveyor

2.       INSTRUKSI KERJA
2.1    Persiapan
2.1.1           Lokasi pancang menggunakan alat diesel hammer dan hydraulic hammer berada diluar radius 200 m dari bangunan eksisting untuk menghindari kegaduhan dan kerusakan yang diakibatkan oleh getaran pada saat pemancangan (analisis tekanan suara dan getaran akibat pemancangan dan denah penggunaan alat pancang terlampir)
2.1.2           Lokasi pancang harus bersih dari semak, rumput, sampah atau material lainnya yang bisa mengganggu proses pemancangan.
2.1.3           Ijin pemancangan pondasi harus diselesaikan oleh pemberi tugas sebelum mobilisasi alat/material.

2.2    Penurunan dan penumpukan
2.2.1           Penurunan tiang pancang dari trailer harus menggunakan service crane.
2.2.2           Posisi wire rope harus pada posisi marking lifting.
2.2.3           Pemasangan sackle harus kuat (semua drat masuk).

2.2.4           Urutan pembongkaran harus memperhitungkan keseimbangan distribusi beban pada trailer.
2.2.5           Pada saat pile diangkat, posisi pekerja tidak boleh menghalangi pandangan operator trailer dan pada posisi berlawanan dengan arah penurunan pile, serta tidak boleh pada arah yang berpotensi penggulingan pile.
2.2.6           Tumpukan tiang pancang diletakkan sedekat mungkin dengan titik pancang untuk menghindari resiko patah akibat terlalu banyak pemindahan.
2.2.7           Tiang ditumpuk di lapangan datar dan padat.
2.2.8           Penumpukan tiang maksimal 3 lapis dengan ganjal kayu (5/10) pada jarak 20% dari panjang bentang yang diukur dari setiap ujung.


2.3    Penentuann titik pancang
2.3.1           Penentuan titik pancang dilakukan leh tim surveyor sesuai dengan denah titik pancang yang sudah ditentukan.
2.3.2           Titik pancang diberi tanda menggunakan patok kayu yang dibenamkan minimal 20 cm kedalam tanah.
2.3.3           Akurasi titik pancang harus dijaga dari pergeseran akibat hantaman tiang atau trailer.
2.3.4           Tiang pancang diberi tanda setiap 50 cm dan diberi angka setiap 100 cm.


2.4    Pemancangan
2.4.1           Pengambilan tiang pancang dari storage area harus dijaga sehingga tidak terjadi lenturan yang berlebihan.

2.4.2           Pada saat penarikan pile, maka posisi hammer harus  pada posisi di ujung  atas lader rig. Selanjutnya posisi kepala tiang dimasukkan pada pile cap dari hammer.
2.4.3           Penggunaan topi pancang (pile cap) baja harus sesuai dengan dimensi tiang pancang.
2.4.4           Diantara kepala tiang pancang  dengan pile cap harus dipasang cussion wood.
2.4.5           Tiang pancang harus diletakan di atas titik pancang yang sudah diberi tanda.
2.4.6           Verticallity harus diperiksa sebelum pemancangan dimulai.


2.4.7           Posisi sumbu alat pancang terhadap tiang pancang dan topi baja harus lurus dalam satu garis.
2.4.8           Pukulan pemancangan pertama harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar.
2.4.9           Bila tiang pancang dianggap sudah mencapai lapisan tanah keras, maka harus segera dilakukan kalendering, sehingga apabila terjadi kerusakan pada pile head, maka bearing capacity tiang dapat diestimasi.
2.4.10       Pada saat pemancangan sudah mencapai target level tanah keras, kalendering mutlak harus dilakukan untuk menghitung bearing capacity.
2.4.11       Data calendaring harus memuat informasi mengenai jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukkan terakhir, energi pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan, dan panjang akhir yang dapat di bayar.
2.4.12       Dari hasil calendaring akan didapat nilai penurunan tiang dari 10 pukulan terakhir S (final settlement), nilai tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas daya dukung tiang pancang menggunakan rumus dinamis Hiley.
2.4.13       Pemancangan dihentikan apabila daya dukung yang dihitung menggunakan rumus dinamis Hiley lebih besar dari daya dukung yang direncanakan.

2.5    Dynamic formula
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan menggunakan rumus dinamis Hiley sebagai berikut :

Dimana :
Pu       = Kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa    = Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef     = Efisiensi palu
           ef = 1 (untuk palu diesel)
           ef = 0,75 (untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol)
W    = Berat palu atau ram (ton)
Wp   = Berat tiang pancang (ton)
n      = Koefisien restitusi
           n = 0,25 untuk tiang pancang beton)
H     = Tinggi jatuh palu (m)
           H = 2H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S      = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukkan terakhir atau “set” (m)
C1    = Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
        = (1,8 x Qu x L2)/A
C2    = Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastic dari batang tiang pancang (m)
        = (0,72 x Qu x L)/A
C3    = Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
        = (3,6 x Qu)/A
L      = Panjang tiang
L2     = Tinggi caping atau bantalan dan dolly terhadap permukaan tanah
Qu    = Daya dung tiang ultimate rencana
 A    = Luas penampang tiang pancang
N     = Faktor keamanan

Nilai  C1 , C2 , C3 harus diukur selama pemancangan.

2.6    Penyambungan
2.6.1           Apabila diperlukan pekerjaan sambungan maka dilakukan pengelasan menggunakan welding electrodes LB-52 E7016 (spesifikasi produk terlampir)
2.6.2           Dilakukan pembersihan pada area pengelasan.
2.6.3           Pengelasan dilakukan sebanyak minimal 2 layer sampai gap antar tiang pancang tertutup.


2.6.4           Untuk mempercepat prosesnya, dilakukan pengelasan dari 2 sisi.

3.       Safety
3.1    Permukaan area pemancangan harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mengakibatkan pergeseran, seperti oli, minyak, dll.
3.2    Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) wajib digunakan selama pemancangan berlangsung.
3.3    Saat pengelasan, pekerja menggunakan APD khusus pengelasan.
3.4    Jika cuaca mendung atau hujan dan terindikasi bahaya petir maka pekerjaan dihentikan.
3.5    Penempatan rambu-rambu K3 di sekitar area pemancangan.

4.       Lampiran
4.1    Denah penggunaan alat pancang
4.2    Analisis Level tekanan suara dan getaran yang diakibatkan oleh kegiatan pemancangan.
4.3    Spesifikasi elektroda untuk pengelasan
4.4    Sertifikat welder.







No comments:

Post a Comment