METODE KERJA
|
PEMANCANGAN MENGGUNAKAN DIESEL HAMMER DAN HYDRAULIC HAMMER
1.
SUMBER DAYA
1.1
Peralatan
1.1.1
Theodolit
1.1.2
Stopwatch
1.1.3
Alat pancang diesel hammer
dan hydraulic hammer
1.1.4
Alat las
1.1.5
Meteran
1.1.6
Waterpass
1.1.7
Peralatan K3
1.2
Material
1.2.1
Tiang pancang
1.2.2
Pelat sambung baja
1.2.3
Kawat las
1.3
Tenaga Kerja
1.3.1
1 orang Pelaksana
1.3.2
6 pekerja
1.3.3
2orang operator alat pancang
1.3.4
1 orang surveyor
2.
INSTRUKSI KERJA
2.1
Persiapan
2.1.1
Lokasi pancang menggunakan alat diesel
hammer dan hydraulic hammer
berada diluar radius 200 m dari bangunan eksisting untuk menghindari
kegaduhan dan kerusakan yang diakibatkan oleh getaran pada saat pemancangan (analisis
tekanan suara dan getaran akibat pemancangan dan denah penggunaan alat
pancang terlampir)
2.1.2
Lokasi pancang harus bersih dari semak, rumput, sampah atau material
lainnya yang bisa mengganggu proses pemancangan.
2.1.3
Ijin pemancangan pondasi harus diselesaikan oleh pemberi tugas sebelum
mobilisasi alat/material.
2.2
Penurunan dan penumpukan
2.2.1
Penurunan tiang pancang dari trailer harus menggunakan service crane.
2.2.2
Posisi wire rope harus pada
posisi marking lifting.
2.2.3
Pemasangan sackle harus kuat
(semua drat masuk).
2.2.4
Urutan pembongkaran harus memperhitungkan keseimbangan distribusi
beban pada trailer.
2.2.5
Pada saat pile diangkat, posisi pekerja tidak boleh menghalangi
pandangan operator trailer dan pada posisi berlawanan dengan arah penurunan
pile, serta tidak boleh pada arah yang berpotensi penggulingan pile.
2.2.6
Tumpukan tiang pancang diletakkan sedekat mungkin dengan titik pancang
untuk menghindari resiko patah akibat terlalu banyak pemindahan.
2.2.7
Tiang ditumpuk di lapangan datar dan padat.
2.2.8
Penumpukan tiang maksimal 3 lapis dengan ganjal kayu (5/10) pada jarak
20% dari panjang bentang yang diukur dari setiap ujung.
2.3
Penentuann titik pancang
2.3.1
Penentuan titik pancang dilakukan leh tim surveyor sesuai dengan denah
titik pancang yang sudah ditentukan.
2.3.2
Titik pancang diberi tanda menggunakan patok kayu yang dibenamkan
minimal 20 cm kedalam tanah.
2.3.3
Akurasi titik pancang harus dijaga dari pergeseran akibat hantaman
tiang atau trailer.
2.3.4
Tiang pancang diberi tanda setiap 50 cm dan diberi angka setiap 100
cm.
2.4
Pemancangan
2.4.1
Pengambilan tiang pancang dari storage
area harus dijaga sehingga tidak terjadi lenturan yang berlebihan.
2.4.2
Pada saat penarikan pile, maka posisi hammer harus pada posisi
di ujung atas lader rig. Selanjutnya
posisi kepala tiang dimasukkan pada pile cap dari hammer.
2.4.3
Penggunaan topi pancang (pile cap) baja harus sesuai dengan dimensi
tiang pancang.
2.4.4
Diantara kepala tiang pancang
dengan pile cap harus dipasang cussion wood.
2.4.5
Tiang pancang harus diletakan di atas titik pancang yang sudah diberi
tanda.
2.4.6
Verticallity harus diperiksa sebelum pemancangan dimulai.
2.4.7
Posisi sumbu alat pancang terhadap tiang pancang dan topi baja harus
lurus dalam satu garis.
2.4.8
Pukulan pemancangan pertama harus dilakukan dengan hati-hati untuk
memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar.
2.4.9
Bila tiang pancang dianggap sudah mencapai lapisan tanah keras, maka
harus segera dilakukan kalendering, sehingga apabila terjadi kerusakan pada
pile head, maka bearing capacity tiang dapat diestimasi.
2.4.10
Pada saat pemancangan sudah mencapai target level tanah keras,
kalendering mutlak harus dilakukan untuk menghitung bearing capacity.
2.4.11
Data calendaring harus memuat informasi mengenai jumlah tiang pancang,
posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam
pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukkan terakhir, energi pukulan
palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan, dan panjang akhir yang dapat
di bayar.
2.4.12
Dari hasil calendaring akan didapat nilai penurunan tiang dari 10
pukulan terakhir S (final
settlement), nilai tersebut digunakan untuk menghitung kapasitas daya dukung
tiang pancang menggunakan rumus dinamis Hiley.
2.4.13
Pemancangan dihentikan apabila daya dukung yang dihitung menggunakan
rumus dinamis Hiley lebih besar dari daya dukung yang direncanakan.
|
2.5
Dynamic formula
Kapasitas
daya dukung tiang pancang harus diperkirakan menggunakan rumus dinamis Hiley
sebagai berikut :
Dimana
:
Pu
= Kapasitas daya dukung
batas (ton)
Pa = Kapasitas daya dukung yang diijinkan
(ton)
ef = Efisiensi palu
ef = 1 (untuk palu diesel)
ef = 0,75 (untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan
gesekan katrol)
W = Berat palu atau ram (ton)
Wp = Berat tiang pancang (ton)
n = Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton)
H = Tinggi jatuh palu (m)
H = 2H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S = Penetrasi tiang pancang pada saat
penumbukkan terakhir atau “set” (m)
C1 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk
kepala tiang dan pur (m)
= (1,8 x Qu x
L2)/A
C2 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastic dari batang tiang pancang (m)
= (0,72 x Qu x
L)/A
C3 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk
gempa pada lapangan (m)
= (3,6 x Qu)/A
L = Panjang tiang
L2 = Tinggi caping atau bantalan dan dolly
terhadap permukaan tanah
Qu = Daya dung tiang ultimate rencana
A =
Luas penampang tiang pancang
N = Faktor keamanan
Nilai
C1 , C2 , C3
harus diukur selama pemancangan.
2.6
Penyambungan
2.6.1
Apabila diperlukan pekerjaan sambungan maka dilakukan pengelasan
menggunakan welding electrodes
LB-52 E7016 (spesifikasi produk terlampir)
2.6.2
Dilakukan pembersihan pada area pengelasan.
2.6.3
Pengelasan dilakukan sebanyak minimal 2 layer sampai gap antar tiang
pancang tertutup.
2.6.4
Untuk mempercepat prosesnya, dilakukan pengelasan dari 2 sisi.
3.
Safety
3.1
Permukaan area pemancangan harus bebas dari bahan-bahan yang dapat
mengakibatkan pergeseran, seperti oli, minyak, dll.
3.2
Penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) wajib digunakan selama pemancangan berlangsung.
3.3
Saat pengelasan, pekerja menggunakan APD khusus pengelasan.
3.4 Jika cuaca mendung atau
hujan dan terindikasi bahaya petir maka pekerjaan dihentikan.
3.5 Penempatan rambu-rambu K3 di
sekitar area pemancangan.
|
4. Lampiran
4.1 Denah penggunaan alat
pancang
4.2 Analisis Level tekanan suara
dan getaran yang diakibatkan oleh kegiatan pemancangan.
4.3 Spesifikasi elektroda untuk
pengelasan
4.4 Sertifikat welder.
|
Monday, 28 March 2016
Metode Pemancangan Menggunakan Diesel hammer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment