Kalimat Sederhana : Perbedaan CBR, Kepadatan dan Daya Dukung
Setelah menyelesaikan 3 artikel masing-masing tentang
CBR, Kepadatan, dan Daya Dukung, saya berharap para pembaca udah gak
kebingungan lagi dalam membedakan parameter tanah tersebut dalam melaksanakan
pekerjaan di lapangan, karena akan terjadi kerusakan di kemudian hari bila
salah menerjemahkan persyaratan pekerjaan tanah yang diterima untuk tiap-tiap
jenis pekerjaan. Karena meskipun ketiga parameter tersebut membahas tentang
keberterimaan tanah, tetapi tetap berbeda. Bagi yang belum baca, sebelum
dilanjut baca kebawahnya, ada baiknya di baca dulu..
CBR
Kepadatan Tanah
Daya Dukung Tanah
Berikut adalah point-point penting mengenai perbedaan
dari ketiga parameter tersebut dengan contoh beberapa jenis pekerjaan tanah
1.
CBR VS Kepadatan
Saat membuat timbunan tanah merah untuk leveling yang
dipadatkan per layer, test yang dilakukan seharusnya adalah test kepadatan atau
sand cone test, bukan test CBR. Karena bila dilakukan test CBR yang akan
terbaca hanya tingkat kekerasan sampai dengan 0,2 inchi dari permukaan. Saat permukaan
lapisan tanah layer itu sudah keras (CBR nya masuk) belum tentu lapisan tanah
di bawahnya sudah padat.
Lapisan atasnya sudah padat, tapi lapisan bawahnya pecah pecah karena dulunya memiliki kadar air tinggi, sehingga saat kering jadi pecah pecah |
Karena kepadatan dipengaruhi oleh kadar air juga,
lapisan atasnya bisa saja keras karena kering terkena sinar matahari, tetapi
lapisan bawahnya kadar airnya masih tinggi sehingga masih belum padat. Atau
bila pemadatan dilakukan per layer 60 cm (tidak direkomendasikan) lapisan
atasnya jadi keras, tetapi lapisan bawahnya sama sekali tidak padat, karena kemampuan
alat pemadat yang tidak sanggup memadatkan kalau lapisannya terlalu tebal.
Alat pemadat tidak bisa memadatkan lapisan tanah yang terlalu tebal, sehingga belum tentu bila permukaanya sudah keras kepadatan tanah di bawahnya sudah padat |
Seharusnya kalau memadatkan tanah per layer |
2.
Kepadatan VS Daya
Dukung
Kepadatan tanah (test sand cone) tidak bisa
menunjukkan daya dukung tanah (test N-SPT atau Sondir) begitupun sebaliknya.
Meski ada rumus-rumus yang bisa mengkait-kaitkan antara keduanya itu hanya
rumus empiris yang berlaku untuk jenis tanah tertentu dengan kondisi tertentu,
tidak bisa dipakai untuk semua jenis tanah. Meski secara nalar, tanah yang
semakin padat bisa mendukung beban yang semakin besar, tetapi hal tersebut
tidak berlaku untuk struktur pondasi dalam.
Parameter kepadatan itu kan :
- jumlah volume kering tanahnya
- volume air dan,
- volume udara
Sedangkan parameter daya dukung itu adalah :
- kohesi
- sudut geser internal,
- dan tegangan normal kalau gak salah.
Kalau test N-SPT kan yang didapat juga tahanan selimut dan tahanan ujung jadi sangat berbeda dengan kepadatan tanah. Untuk bisa mengkorelasikan kedua parameter itu, kita harus terlebih dahulu menentukan jenis tanahnya apa. Misalnya :
Parameter kepadatan itu kan :
- jumlah volume kering tanahnya
- volume air dan,
- volume udara
Sedangkan parameter daya dukung itu adalah :
- kohesi
- sudut geser internal,
- dan tegangan normal kalau gak salah.
Kalau test N-SPT kan yang didapat juga tahanan selimut dan tahanan ujung jadi sangat berbeda dengan kepadatan tanah. Untuk bisa mengkorelasikan kedua parameter itu, kita harus terlebih dahulu menentukan jenis tanahnya apa. Misalnya :
Untuk tanah kohesif, kalau N-SPT nya 35, kepadatannya
masih 60-80 % saja.
Sedangkan untuk tanah kepasiran, dengan N-SPT di atas
35, kepadatannya antara 85-100 %.
Pertanyaannya, bagaimana menentukan apakah tanah yang
kita test itu tanah kepasiran atau tanah kohesif? Harus di test di lab..
3.
CBR Vs Daya Dukung
CBR dan daya dukung tentu parameter tanah yang
berbeda, karena CBR adalah parameter tanah di permukaannya saja, sedangkan daya
dukung menyangkut material di bawah permukaan tanah sampai kedalaman tertentu. Meskipun sebenarnya nilai CBR itu juga dipengaruhi tingkat kekerasan lapisan di bawahnya, tidak serta merta dapat menjelaskan daya dukung lapisan di bawahnya. Contoh ekstrim :
Misalkan pelat baja 50x50 cm di taruh di atas lumpur, dengan pelat baja di taruh di atas pasir yang di siram, permukaanya sama sama keras, tetapi lapisan daya dukung tanah di bawahnya berbeda, yang menyebabkan jumlah beban untuk penetrasinya juga berbeda, pasti kalau di test CBR yang pelat di atas lumpur nilai cbr nya lebih rendah daripada pelat di atas pasir. Kurang lebih begitu lah..
Mencari daya dukung tanah menggunakan test CBR adalah suatu kesalahan, karena bisa saja lapisan antara tanah atas dan tanah bawah itu berbeda, dengan kohesi, sudut geser internal dan tegangan normal yang berbeda. Ada yang mau memberikan penjelasan lebih lanjut? Sepertinya kalau ini sudah cukup dijelaskan pada arikel daya dukung tanah dan CBR.
Misalkan pelat baja 50x50 cm di taruh di atas lumpur, dengan pelat baja di taruh di atas pasir yang di siram, permukaanya sama sama keras, tetapi lapisan daya dukung tanah di bawahnya berbeda, yang menyebabkan jumlah beban untuk penetrasinya juga berbeda, pasti kalau di test CBR yang pelat di atas lumpur nilai cbr nya lebih rendah daripada pelat di atas pasir. Kurang lebih begitu lah..
Mencari daya dukung tanah menggunakan test CBR adalah suatu kesalahan, karena bisa saja lapisan antara tanah atas dan tanah bawah itu berbeda, dengan kohesi, sudut geser internal dan tegangan normal yang berbeda. Ada yang mau memberikan penjelasan lebih lanjut? Sepertinya kalau ini sudah cukup dijelaskan pada arikel daya dukung tanah dan CBR.
Pak, bila hasil CBR lapangan tidak sesuai rencana (rencana 80%, aktual 60%), apakah bisa ditingkatkan dengan pemadatan compactor?
ReplyDeleteTerima kasih
tergantung material dasarnya,, klo material dasarnya pas di lab bisa sampe 80% ya berarti bisa, tp kalau material dasarnya pas test lab gak sampe 80% ya di lapangan cenderung gak bisa juga
DeleteBrarti uji cbr tdk bisa digunakan apabila lapisan dibawahnya tdk memenuhi syarat kepadatan...sy jadi tdkbrespek dgn alat ini u digunakan sbgai kontrol kualitas Proyek jalan...
ReplyDeletebenar pak,, jadi test cbr itu juga di pengaruhi sama tanah bawahnya meski tidak trll signifikan.. contoh ekstrimnya, bawahnya lumpur, atasnya basecourse A,, tetap saja basecourse nya pasti tidak akan mencapai nilai cbr yang diharapkan, karena ketika dibebani lapisannya akan berdeformasi karena lapisan bawahnya tidak padat
Delete